Sehabis membaca buku shirah sahabat beberapa menit yang lalu. Hati saya tiba-tiba tergerak untuk menceritakan kembali kisah yang sangat luar biasa ini. Sahabat nabi yang menjadi periwayat hadits terbanyak ke-3 setelah Abu Hurairah dan ibn Umar ini memiliki rasa cinta yang begitu kuat kepada Nabinya, Baginda Muhammad SAW.
Diceritakan pada suatu ketika, Anas dan ibunya tinggal di Madinah. Ibu Anas selalu menceritakan tentang Nabinya kepada anak kecilnya itu. Anas selalu ditanamkan sifat-sifat kenabian oleh ibunya, sehingga menyebabkan dia sangat mencintai Nabinya. Sampai-sampai ia ingin sekali pergi ke Mekkah, hanya untuk bertemu dengan Nabinya tersebut.
Pada suatu hari, terdengar kabar bahwa Nabi Muhammad SAW beserta sahabatnya pergi ke Madinah (dahulu dikenal dengan nama Yastrib).
Ya! Madinah adalah kota dimana Anas bin Malik ini tinggal. Betapa senangnya Anas mendengar kabar bahwa sebentar lagi kotanya akan dikunjungi oleh Baginda Nabi, pembawa petunjuk dan kebajikan bagi umat.
Hari demi hari Anas selalu menanti kedatangan Baginda Rasulullah SAW. Hingga terdengar kabar pertama yang mengatakan Rasul telah datang. Namun sayang itu hanyalah omongan kosong. Rasul belum juga sampai ke tempatnya hingga saat itu.
Setelah itu, terdengar kabar kedua dihari selanjutnya bahwa Nabi beserta sahabatnya akan hampir tiba di kota Madinah.
Benar saja setelah beberapa saat menunggu, Rasul pun datang dengan sahabatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq. Keduanya berjalan diantara desakan anak-anak dan kaum laki-laki. Sementara kaum wanita tinggal di rumah dan anak-anak perempuan naik ke atas genting. Seraya melihat dari kejauhan dan berkata, "mana Rasulullah.. mana Rasullullah..?"
Diceritakan bahwa Ibu Anas(al Ghumaisha binti Milhan) beserta Anas datang menghampiri Baginda Rasul. Seraya berkata, "Wahai Rasul, aku tidak memiliki apa-apa untukmu selain anakku ini. Maka ambillah anakku sebagai pelayanmu".
Saat itu Anas berumur 10 tahun dan selama 10 tahun juga dia melayani Baginda Rasul. Dia mengetahui secara pasti tentang keadaan, berita-berita, rahasia-rahasia, dan semua pernak-pernik kehidupan Rasullah yang belum pernah diketahui orang lain.
Sebuah hadits dari Anas tentang sedikit gambaran pergaulan mulia yang Anas rasakan selama dalam asuhan Nabi SAW.
Anas mengatakan:
"Rasulullah SAW adalah orang yang paling mulia akhlaknya, paling lapang dada, dan luas kasih sayangnya. Suatu hari, beliau menyuruhku untuk pergi ke suatu tempat untuk suatu keperluan. Aku pun keluar rumah. Bukannya pergi ke tempat yang beliau suruh, aku malah melangkahkan kakiku ke arah sekelompok anak sebayaku yang ku lihat mereka sedang bermain di pasar. Namun, belum juga aku sampai ke gerombolan anak tersebut, terasa ada yang berdiri di belakangku dan menarik bajuku. Aku pun menoleh ke belakang. Ternyata orang itu adalah Rasulullah. Beliau tersenyum dan berkata: "Wahai Unais, apakah engkau sudah pergi ke tempat yang aku suruh?".
Aku pun merasa bersalah dan menjawab, "Kalau begitu aku pergi ke tempat yang engkau suruh sekarang juga wahai Rasulullah".
Kadang Rasulullah memanggil Anas dengan sebutan Ya Unais (wahai Anas kecil) atau Ya Bunayya (Wahai anak kecilku).
Pandangan terakhir Anas terhadap Baginda Rasul yaitu pada hari Senin. Pada saat kelambu Rasul tersingkap, Anas melihat air muka beliau seperti kertas.
Ketika itu, orang-orang telah berdiri dan berbaris rapi di belakang Abu Bakar, mereka tertegun memandang wajah Rasul. Hampir saja mereka tergoncang dan berhamburan karena melihatnya. Namun, Abu Bakar memberi isyarat seolah-olah dia berkata: "Tetaplah kalian dalam barisan!!".
Di sore hari itu pula Rasulullah wafat. Kami tidak pernah memandang sesuatu yang lebih menakjubkan dibanding wajah beliau saat kami menaburkan tanah ke atas jenazah beliau.
Lebih dari sekali Rasulullah berdoa untuk Anas, diantaranya:
"Ya Allah anugerahilah dia harta dan keturunan. Dan berkahilah dia...
Anas adalah orang yang paling berharap mendapatkan syafaat dari Rasullah kelak pada Hari Kiamat. Sering kali dia mengatakan, "Sungguh, aku berharap pada Hari Kiamat kelak, aku dapat berjumpa dengan Rasulullah. Lalu aku berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah, ini aku, pelayan kecilmu dulu..."
Semoga Allah membalas jasa Anas beserta Ibunya kepada kaum muslimin dengan balasan yang sebaik-baiknya. Amin.