Minggu, 30 Desember 2018

KRONOLOGIS MADRASAH MAHJAR 2018 (SEJARAH SASTRA ARAB MODERN)

MADRASAH AL-MUHAJIR



Oleh :
Zakiyah Palaloi


BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018




Pendahuluan
Sejak masa pra-Islam hingga abad ke-20 sistem puisi Arab sulit untuk melepaskan diri dari konvensi yang telah berakar dalam kebudayaan Arab. Adapun konvensi puisi Arab yang dimaksud adalah jumlah bait (adad al-bait), bagian-bagian bait (aqsam al-bait), kesatuan bunyi (al-arudh: al-wahdah al-shautiyah), struktur pengulangan satuan bunyi dalam penggalan bait (al-taf’ilah), metrum (al-bahr), dan struktur bunyi akhir suatu bait atau rima (al-qafiyah).[1] Lebih jauh lagi, para sejarawan sastra bersepakat bahwa sastra Arab pada masa Utsmany- penaklukan Utsmany atas Suriah (1510) dan Mesir (1517) sampai pada masa ekspedisi Napoleon ke Mesir (1798)- dicatat sebagai masa kemunduran kebudayaan Arab bahkan berdampak pada bidang sastranya. Contohnya seperti di Suriah, novel-novel tidak banyak bermunculan, kalaupun ada, para penulisnya sulit untuk mendapat penerbit yang bisa mempublikasikannya. Selain itu, majalah sastra pun hanya ada “ath-Thali’ah” yang diterbitkan oleh para lulusan perguruan tinggi Eropa. Para sastrawannya seolah sedang mengalami tidur panjang (an-naumuth thawil) sehingga setiap lima tahunnya hanya ada satu qasidah bermutu yang bisa dihasilkan[2].
Setelah sastra Arab mengalami kemandekan di abad-abad sebelumnya, akhirnya pada awal abad ke-20 muncullah masa kebangkitan sastra Arab (Ashr Al-Nadhlal). Kebangkitan ini didorong oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa kesadaran para penyair atas absennya kretivitas dalam puisi Arab, sedangkan faktor eksternal berupa terjadinya interaksi antara Arab dan Barat hingga melahirkan benih-benih puisi modern. Terdapat 5 aliran pada puisi modern ini, yaitu
1.      Neo Klasik (al-Muhafizun) yang dipelopori oleh Mahmud Sami al-Barudi dan Ahmad Syauqy.
2.      Romantisme Barat yang dipelopori oleh Khalil Mutran.
3.      Madrasah Diwan yang dipelolopori oleh Abd al-Rahman Syukri, Abbas Mahmud al-‘Aqad dan Ibrahim Abd al-Qadir al-Mazini.
4.      Madrasah Apollo yang dipelopori oleh Ahmad Zaki Abu Syadi.
5.      Madrasah al-Muhajir yang dipelopori oleh Jibran Khalil Jibran.
Kelima aliran ini memiliki ciri khas yang berbeda baik dari segi bentuk ataupun isinya. Adapun pola umum yang terdapat pada kelima aliran ini adalah pengaruh pola kesusteraan dari kebudayaan yang lebih maju, pola eskapisme atau cenderung lebih menghindar dari kenyataan dengan mencari hiburan dan ketentraman di dalam khayalan[3] dan pencarian identitas diri.[4] Selain puisi, pada masa modern ini juga berkembang jenis genre baru yaitu prosa dan drama.[5]

Sejarah Madrasah Al-Muhajir
Sekelompok orang Arab terutama yang berasal dari Suriah dan Libanon berhijrah ke negara baru dan berdiam di Kanada dan Amerika Serikat. Di Amerika Utara pada abad ke 19 dan 20, mereka juga membawa bahasa Arab serta sastranya ke tempat mereka berhijrah. Di negara hijrahnya itulah mereka mengembangkan sastra Arab yang memiliki nilai yang tinggi yang menggambarkan perasaan-perasaan mereka. Ketika di Amerika, mereka terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang tinggal di bagian Utara (wilayah Amerika Serikat) dan kelompok yang tinggal di bagian selatan tepatnya di Brazil. Namun, mereka lebih dahulu menempati wilayah utara baru kemudian wilayah selatan. New York menjadi markas pertama mereka, lalu kemudian mereka menyebar ke Brazil tepatnya di kota San Paulo dan Argentina. Di Argentina mereka berkumpul di kota Buenos Aires.[6]
            Para ahli sejarawan penyair Mahjar berpendapat bahwa orang yang pertama kali melakukan hijrah ke Amerika adalah orang Lebanon yang bernama Antoine Al-Basy’alaani (أنطوان البشعلاني). Ia hijrah pada tahun 1854 dan berdiam di kota New York dan meninggal disana. Kemudian diikuti oleh para muhajir dari Suriah dan Lebanon setelah peristiwa pertumpahan darah pada tahun 1860 di Syam. Dan penyair yang pertama kali datang ke Amerika adalah Mikhail Rustom (مخائيل رستم) ayah dari penyair As’ad Rustom. Setelahnya ada Louis Shobungi (لويس صابونجي) yang pada tahun 1872 juga ikut berhijrah ke Amerika. Ia adalah orang pertama yang mendendangkan qasidah Arab di kota hijrahnya. Qasidah ini menggambarkan kehidupan di kota Central Park, New York.[7]
 Golongan yang tinggal di Amerika Utara berhasil mendirikan Liga Pena (al-Rabitah al-Qalamiyah) dan golongan yang tinggal di Amerika Selatan berhasil mendirikan Liga Andalusia  (Al-Usbah al-Andalusiyah) tepatnya di San Paulo. Kelompok pertama lebih matang dalam mengusung konsep pembaharuan dalam puisi Arab, sedangkan kelompok kedua lebih bersifat konservatif. Adapun kelompok yang pertama ini menginginkan suatu bentuk baru dari puisi yang cenderung lebih bebas. Kelompok ini berhasil menciptakan bentuk Syi’r al- Hur atau al Mursal (bebas sajak dan wazan) dan Syi’r al Mantsur (bebas wazan namun terkadang masih bersajak). Langkah ini sebagai bentuk gugatan terhadap kemapanan sastra Arab klasik yang tidak diekspresikan dengan perasaan penuh sehingga perlu diperbaharui sesuai dengan perkembangan dunia sastra modern.[8]

Al-Rabitah al-Qalamiyah
Kelompok al-Rabitah al-Qalamiyah ini didirikan pada 30 April 1920 di Kota New York. Kelompok ini sengaja menisbatkan perkumpulan mereka dengan nama “al-qalamu” agar Allah swt senantiasa menjaga perkumpulan ini seperti fungsinya pulpen yang selalu senantiasa menjaga ingatan-ingatan para hambanya. Penyair Mahjar yang mendirikan perkumpulan ini adalah ‘Abdu Al-Masiih Hadaad (1890-1963) pemilik majalah Al-Saaih Al-Masyhuroh. Kemudian, Jibran Khalil Jibran bertugas menjadi ketua para penyair mahjar dan ketua himpunan ini.[9] Disamping itu, Nu’aymah juga menjabat sebagai penasihatnya. Kelompok ini beranggotakan para penyair mahjar diantaranya Iliya Abu Madhi, Rasyid Ayub[10], Nasib ‘Aridhah, dan Elya Abu Madha[11], Ni’mah Al-Haj, As’ad Rustom, Nadroh Hadaad, Ni’mah Ayyub, Wadi’ Baahuth, Amiin Al-Raihaaniy, Ilyas ‘Athau Allah dan William Katsaflis (وليم كاتسفليس). Kemudian, Ni’mah Al-Haj dan Amiin Al-Raihaaniy keluar dari kelompok ini karena tidak sepakat dengan Jibran Khalil Jibran. Mikail Ni’mah menulis penjelasan mengenai esensi dan tujuan kelompok ini pada pendahuluan konstitusi kelompok ini. Kemudian ia memberitahukan kepada para penyairnya dengan member pengertian yang baik.[12]
Pemikiran sastrawan Arab yang tergabung dalam kelompok ini lebih condong ke formalisme, yaitu paham yang mereduksi teks sastra dari aspek-aspek non-sastra.[13] Penulis-penulis kelompok ini pada umumnya mendapat pengaruh yang kuat dari sastra romantik dan sastra kaum trasendentalis Amerika seperti Emerson, Longfellow, Whittier dan clan Whitman. Karya dan konsep Jibran memiliki pengaruh yang kuat dan paling menonjol. Karya-karyanya diwarnai oleh pemberontakan terhadap modus pemikiran yang telah mapan dan mendapat pengaruh dari Nietzche, Blake, Rodin, aliran romantik, transendentalis Amerika, dan mistisime Timur. Ia berhasil menciptakan gaya penulisan puisi yang baru yaitu puisi-prosa. Model puisi ini kemudian popular dengan istilah Jubraniyyah atau Gibranisme yang diantara cirinya yaitu tidak terikat pada konvensi puisi klasik[14].

Al-Usbah al-Andalusiyah
            Kelompok ini merupakan perkumpulan dari para penyair mahjar yang tinggal di Amerika bagian Selatan tepatnya di Brazil di daerah San Paulo. Kelompok ini didirikan pada tahun 1932. Kelompok ini diberi nama  Al-Usbah al-Andalusiyah karena kelompok para penyair mahjar ini hampir mirip dengan penyair Andalusia terutama pada ruh lagu dan musik pada qasidah. Pendiri sekaligus ketua pertama himpunan ini adalah Misyail Ma’luf. Kemudian, ia digantikan oleh Rasyid Salim Al-Khurawi yang mana laqabnya adalah “Asy Syaa’ir Al-Qurawi”. Di masa selanjutnya, Al-Khurawi digantikan oleh Syafiq Al-Ma’luf. Ia juga merupakan keluarga dari penyair Fauzi Al-Ma’luf, Riyadh Al-Ma’luf dan George Hassun Al’Ma’luf. Seiring berjalannya waktu, kelompok ini kehilangan para penyairnya diantaranya Misyail Ma’luf, Ni’mah Qazan, Ilyas Farhat dan penyair yang lainnya kembali ke Timur yaitu Riyadh Ma’luf, Al-Qurawi dan Syukrullah Al-Jar.[15]

Karakteristik sastra Mahjar
Adapun karakteristik sastra Mahjar adalah lebih menekankan pada isi pesan dibanding diksi, lebih cenderung bebas dan terlepas dari kaidah-kaidah sastra Arab klasik terutama pada genre puisi, lebih reflektif dan sederhana dalam segi pengungkapannya. Berikut adalah tema-tema yang sering diusung oleh sastrawan Mahjar pada karya-karyanya :
1.      Percampuran unsur dinamis antara spritualitas Timur dan romantisme Barat
2.      Penuh nada kerinduan pada tanah air
3.      Keluhan atas perasaan asing di tempat baru
4.      Fokus pada permasalahan-permasalahan politik dan sosial tanah air
5.      Bertemakan humanitarisme (kemanusiaan) yang tidak mengenal batas dan perbedaan makhluk
6.      Cinta alam
Sastra Arab Mahjar merupakan hasil pencampuran dua budaya (Timur-Barat) bahkan multikultural yang ditopang oleh kekuatan ruhani dan daya imajinasi sastrawannya. Secara umum karya kelompok Mahjar dapat dicirikan sebagai karya sastra romantis, humanis dan seringkali mistis. [16]

Berikut ini adalah contoh-contoh syair pada aliran Mahjar :
Qasidah “Al-Muwaakib(المواكب) ” diciptakan oleh Jibran Khalil Jibran pada awal tahun 1919
ليس فى الغابات حزن # لاولا فيها الهموم
فاذا هب نسيم # لم تجيء معه السموم
ليس حزن النفس الا # ظل و هم لا يدوم
و غيوم النفس تبدو # من ثناياها للنجوم
Di dalam hutan tidak ada kesedihan
Tidak… di dalamnya tidak juga tidak ada tujuan
Apabila angin sepo-sepoi berhembus
Maka tidak akan datang dengannya angin yang panas
Bukanlah kesedihan diri kecuali mereka tidak bertahan
Dan kesedihan diri bermula dari kehidupan kedua untuk para bintang

Kesimpulan
            Madrasah Al-Muhajir atau dikenal dengan Madrasah Mahjar merupakan aliran sastra Arab modern yang dipelopori oleh para penyair yang berhijrah ke negeri-negeri Barat terutama Amerika. Di Amerika, kelompok penyair yang hijrah ini juga terbagi menjadi dua sesuai tempat tinggal mereka. Di bagian Utara para penyair yang hijrah mendirikan perkumpulan para penyair mahjar dengan nama Al-Rabitah al-Qalamiyah dan di bagian Selatan mereka mendirikan Al-Usbah al-Andalusiyah. Para penyair Mahjar, terlebih yang berada di bagian Utara benar-benar memberikan sumbangsih yang besar terhadap perkembangan sastra Arab khususnya pada genre puisi. Pada masa inilah muncul genre baru puisi yaitu Syi’r al- Hur atau al Mursal (bebas sajak dan wazan) dan Syi’r al Mantsur (bebas wazan namun terkadang masih bersajak).






[1] Taufiq A. Dardiri, “Perkembangan Puisi Arab Modern”, Adabiyyat Vol. X, No.2, Desember 2011, hal. 285.
[2] Fadlil Munawwar Manshur, “Sejarah Perkembangan Kesusatraan Arab Klasik dan Modern”,  2007, hal. 9
[3] e-KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia digital)
[4] Taufiq A. Dardiri, “Perkembangan Puisi Arab Modern”, Adabiyyat Vol. X, No.2, Desember 2011, hal. 283.
[5] Taufiq A. Dardiri, “Perkembangan Puisi Arab Modern”, Adabiyyat Vol. X, No.2, Desember 2011, hal. 285.
[6] Tesis, Muhammad Al-amin Syaikhah, “At-Tasykiilu Al-Uslubiyyu fi Ay-Syi’ri Al-Mahjari Al-Hadits, (Biskar : Jami’ah Muhammad Khaidhar, 2009)
[7] Tesis, Muhammad Al-amin Syaikhah, “At-Tasykiilu Al-Uslubiyyu fi Ay-Syi’ri Al-Mahjari Al-Hadits, (Biskar : Jami’ah Muhammad Khaidhar, 2009)
[8] Taufiq A. Dardiri, “Perkembangan Puisi Arab Modern”, Adabiyyat Vol. X, No.2, Desember 2011, hal. 298-299.
[9] Tesis, Muhammad Al-amin Syaikhah, “At-Tasykiilu Al-Uslubiyyu fi Ay-Syi’ri Al-Mahjari Al-Hadits, (Biskar : Jami’ah Muhammad Khaidhar, 2009)
[10] Taufiq A. Dardiri, “Perkembangan Puisi Arab Modern”, Adabiyyat Vol. X, No.2, Desember 2011, hal. 298.
[11] Fadlil Munawwar Manshur, “Sejarah Perkembangan Kesusatraan Arab Klasik dan Modern”,  2007, hal. 19
[12] Tesis, Muhammad Al-amin Syaikhah, “At-Tasykiilu Al-Uslubiyyu fi Ay-Syi’ri Al-Mahjari Al-Hadits, (Biskar : Jami’ah Muhammad Khaidhar, 2009)
[13] Fadlil Munawwar Manshur, “Sejarah Perkembangan Kesusatraan Arab Klasik dan Modern”, (UGM: 2007), hal. 19
[14] Taufiq A. Dardiri, “Perkembangan Puisi Arab Modern”, Adabiyyat Vol. X, No.2, Desember 2011, hal. 285.
[15] Tesis, Muhammad Al-amin Syaikhah, “At-Tasykiilu Al-Uslubiyyu fi Ay-Syi’ri Al-Mahjari Al-Hadits, (Biskar : Jami’ah Muhammad Khaidhar, 2009)
[16] Taufiq A. Dardiri, “Perkembangan Puisi Arab Modern”, Adabiyyat Vol. X, No.2, Desember 2011, hal. 299.

Selasa, 17 April 2018

KANDA


KEBENCIAN

Tulisan ini resmi dari pandangan penulis secara pribadi.
Kasihan dia…
Menjadi korban kemarahanku disaat aku tak suka dengan mereka
Seharusnya aku membenci mereka saja, bukan dia
Dia hanya seseorang yang dekat dengan ku

            Kebencian yang tak kunjung padam. Entah sampai kapan aku akan terus-terusan merasa benci kepada dia dan teman-temannya. Setiap kali aku melihatnya, rasanya ingin ku tampar dia dengan kata-kataku. Apa yang membuat aku begitu benci kepadanya? Otak pintar? Aku rasa tidak. Aku bukan tipe orang yang mudah membenci seseorang hanya karena ia lebih pintar dariku. Aku pernah menjadi orang terpintar di kelas semasa sekolahku dulu. Jadi soal kepintaran itu bisa diraih dengan usaha yang kuat. Dan pintar bukanlah musuhku, ia adalah temanku, teman baikku. Dan memusuhi orang pintar bukanlah kepribadianku.
            Satu-satunya yang tidak ku suka dari dia adalah dia telah menertawaiku sewaktu aku bertanya kepada dosenku sekitar 1 bulan yang lalu. Bagaikan pedang yang menghunus hati, rasa sakit itu sepertinya tidak akan pernah kunjung padam sebelum aku membalaskan dendamku kepadanya. Sebenarnya aku tidak tau apa definisi dendam, namun yang aku tahu bahwa disaat seseorang marah kepada orang lain kemudian ia ingin memberikan pelajaran kepada orang tersebut maka itu disebut dendam. Seperti itulah aku dengan segala emosiku. Aku bukanlah pecundang yang mau diremehkan begitu saja dengan orang yang tidak lebih tinggi daripadaku apalagi dia hanya teman sekelas. Aku bahkan meragukan kepintarannya karena kepintaran akan mendatangkan akhlak yang mulia.
            Satu bulan yang lalu …
Kala itu sedang berlangsung pelajaran ilmu dilalah yang dibimbing oleh Pak Irfan Abu Bakar. Jika saya tidak salah ingat saat itu kami membahas tentang konsep dilalah dari seorang tokoh terkenal bernama Ibnu Faris. Pak Irfan menjelaskan 3 contoh kalimat yang terdiri dari sejumlah kata yang sama namun memiliki susunan yang berbeda. Aku merasa excited dengan penjelasan pak Irfan karena beliau menjelaskan dengan penjelasan yang clear. Dampak dari itu, aku menjadi semangat untuk mengikuti diskusi tersebut hingga akhirnya aku bertanya kepada beliau sebanyak dua pertanyaan. Pertanyaan pertama berjalan mulus aku utarakan kepada beliau. Namun, disaat saya ingin bertanya pertanyaan yang kedua, dari arah duduk bagian perempuan terdengar suara tertawa yang sangat jelas. Dan saat itu aku pun disentuh dari belakang, ia bilang “jangan bertanya terus, waktu sudah habis”. Aku pun meminta maaf ke arah belakang, tetapi di dalam hati timbul perasaan kesal karena mendengar suara tertawa apalagi secara rombongan. Jujur aku merasa dilecehkan disitu. Aku pun mendengar dari seseorang tentang beberapa nama yang ikut tertawa keras saat itu. Dan akhirnya sampai sekarang pun aku masih tidak menyukai mereka. Aku selalu ingin menunjukkan kepada mereka betapa kesalnya aku dengan ulah mereka tersebut. Tapi ya lagi-lagi seseorang tidak akan merasa dirinya salah sebelum mendapat teguran dari orang lain, apalagi jika ia melakukan hal yang tidak terpuji itu secara berombongan. Ia tak akan pernah sadar bahwa ia telah melukai hati seseorang tanpa disengaja.



Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta  - Ciputat
 Penulis                                   



(Zakiyah Palaloi)                             








Sabtu, 31 Maret 2018

Apa acara televisi yang paling tidak settingan?

                                          

Halo teman-teman satu bangsa!
Bagaimana kabarnya malam minggu ini?
Kegiatan apa aja sih yang biasanya kalian lakukan pada malam minggu? Tulis di komen ya!
Bertepatan dengan malam minggu ini, saya ingin membagi perasaan saya kepada kalian mengenai acara televisi yang sering kali terdapat unsur settingan.

Sebagai penonton setia acara televisi, kita pasti selalu menginginkan acara televisi yang tidak dramatis,  tidak banyak bohong, yang terlihat natural dan nilai-nilai ideal lainnya yang diinginkan penonton dalam pertelevisian. Dari berbagai acara yang ada di televisi, penulis berpendapat bahwa acara yang paling tidak settingan adalah acara kompetisi bernyanyi yang sering diadakan oleh berbagai stasiun pertelevisian. Penulis  merasa bahwa saat scene komentator mengomentari para  peserta yang bernyanyi disitulah sama sekali tidak penulis dapati celah untuk mendakwa scene tersebut sebagai scene yang settingan. Para juri benar-benar memberikan komentar apa adanya atas penilaian mereka terhadap penampilan para peserta dipanggung. Tak ada kebohongan (settingan) yang terlihat dalam komentar-komentar tersebut. Walaupun para juri mungkin ada yang melihat para peserta latihan, tetapi penampilan peserta saat latihan pun belum tentu sama dengan penampilan mereka dipanggung. Otomatis juri pun tidak bisa menyiapkan komentar sebelum melihat penampilan mereka di atas panggung. Mereka akan berkomentar sesuai apa yang mereka lihat di atas panggung.

Unsur "settingan" ini memang menjadi salah satu unsur terkuat dalam pertelevisian Indonesia. Penulis lebih memilih acara drama televisi (ftv, kartun, sinetron) yang jelas-jelas diketahui bohongnya daripada acara-acara yang terlihat nyata namun ternyata kental dengan settingan. Saat menonton acara seperti type ke-dua ini disitu penulis benar-benar merasa dibohongi oleh acara tv yang tadinya benar-benar penulis anggap sebagai kenyataan tetapi ternyata itu hanyalah kebohongan belaka. Sakit! Tetapi ya begitulah dunia perfilman, kita doakan saja agar stasiun-stasiun televisi bisa mensajikan acara-acara yang mendidik dengan mengamalkan satu nilai islam yang sangat penting yaitu kejujuran.



Jumat, 30 Maret 2018

TERIMAKASIH TERUNTUK KAMU YANG TELAH MEMOTIVASIKU UNTUK MEMBUKA KEMBALI BLOG INI


Hari ini adalah hari Jum'at, tanggal 30 Maret 2018. Ternyata sudah satu tahun lamanya saya tidak berkarya di blog ini. Terakhir saya mempost tulisan disini yaitu sekitar bulan Mei 2017. Entahlah apa yang menyebabkan saya tidak berkarya selama satu tahun itu. Sebenarnya banyak ide-ide di otak saya yang ingin saya curahkan dalam tulisan. Tapi lagi-lagi fikiran tersebut hanyalah menjadi sebuah wacana yang akhirnya tidak terungkapkan dan hilang jejak.

Melalui perjalanan yang begitu panjang selama satu tahun ini akhirnya saya bertemu dengan seorang wanita yang sungguh menginspirasi. Namanya pun harum ditengah mahasiswa jurusan bahasa dan sastra arab karena kepintarannya dan kelembutannya. Semester ini saya mengambil perkuliahan di kelasnya. Saya ikuti semua perkuliahan dengan baik dan saya telusuri kebudayaan di kelas itu. Dan tibalah saatnya saya terkagum dengan sosok wanita ini. Saya kagum dengannya karena sebagai seorang wanita ia mampu menghasilkan karya terbaik diantara teman-teman sekelasnya. Dan di bulan depan insyaAllah tulisannya itu akan diterbitkan dalam sebuah jurnal manuskrip online yang dikelola oleh dosen filologi saya karena tulisannya menjadi karya review buku terbaik di kelas saya.

Dan saat ini saya duduk di depan laptop, mendesain blog saya agar menjadi indah kembali salah satunya adalah berkat Allah swt. yang telah membukakan mata saya untuk terus berkarya dalam tulisan melalui sosok dia. Setelah ini saya berniat untuk terus menulis setiap hari bahkan saya ingin membuat karya tulisan dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab. Mohon doanya ya para pembaca yang budiman agar keinginan saya menjadi penulis perempuan yang hebat menjadi kenyataan. Amin.

"Ya Allah... hamba sekarang sudah duduk di semester enam, begitu cepat bangku perkuliahan ini  berlalu. Mohon keridhoanMu yaAllah agar hamba bisa mewujudkan keinginan-keinginan hamba. Jadikanlah hamba menjadi hamba kesayanganMu . Jauhkanlah setan-setan yang berupa nafsu  yang tidak baik itu jauh dari hidup hamba yaAllah". Amin


Lirik Lagu Langit senja - soundtrack series "Jingga dan Senja" - Yoriko Angelina

Reff: Hangatnya... Senja terus Memeluk... Manis mentari Meredup... Langit jingga kan terus temani Kenang cinta... slamanya Lanunan senja mel...