Selasa, 17 April 2018

KANDA


KEBENCIAN

Tulisan ini resmi dari pandangan penulis secara pribadi.
Kasihan dia…
Menjadi korban kemarahanku disaat aku tak suka dengan mereka
Seharusnya aku membenci mereka saja, bukan dia
Dia hanya seseorang yang dekat dengan ku

            Kebencian yang tak kunjung padam. Entah sampai kapan aku akan terus-terusan merasa benci kepada dia dan teman-temannya. Setiap kali aku melihatnya, rasanya ingin ku tampar dia dengan kata-kataku. Apa yang membuat aku begitu benci kepadanya? Otak pintar? Aku rasa tidak. Aku bukan tipe orang yang mudah membenci seseorang hanya karena ia lebih pintar dariku. Aku pernah menjadi orang terpintar di kelas semasa sekolahku dulu. Jadi soal kepintaran itu bisa diraih dengan usaha yang kuat. Dan pintar bukanlah musuhku, ia adalah temanku, teman baikku. Dan memusuhi orang pintar bukanlah kepribadianku.
            Satu-satunya yang tidak ku suka dari dia adalah dia telah menertawaiku sewaktu aku bertanya kepada dosenku sekitar 1 bulan yang lalu. Bagaikan pedang yang menghunus hati, rasa sakit itu sepertinya tidak akan pernah kunjung padam sebelum aku membalaskan dendamku kepadanya. Sebenarnya aku tidak tau apa definisi dendam, namun yang aku tahu bahwa disaat seseorang marah kepada orang lain kemudian ia ingin memberikan pelajaran kepada orang tersebut maka itu disebut dendam. Seperti itulah aku dengan segala emosiku. Aku bukanlah pecundang yang mau diremehkan begitu saja dengan orang yang tidak lebih tinggi daripadaku apalagi dia hanya teman sekelas. Aku bahkan meragukan kepintarannya karena kepintaran akan mendatangkan akhlak yang mulia.
            Satu bulan yang lalu …
Kala itu sedang berlangsung pelajaran ilmu dilalah yang dibimbing oleh Pak Irfan Abu Bakar. Jika saya tidak salah ingat saat itu kami membahas tentang konsep dilalah dari seorang tokoh terkenal bernama Ibnu Faris. Pak Irfan menjelaskan 3 contoh kalimat yang terdiri dari sejumlah kata yang sama namun memiliki susunan yang berbeda. Aku merasa excited dengan penjelasan pak Irfan karena beliau menjelaskan dengan penjelasan yang clear. Dampak dari itu, aku menjadi semangat untuk mengikuti diskusi tersebut hingga akhirnya aku bertanya kepada beliau sebanyak dua pertanyaan. Pertanyaan pertama berjalan mulus aku utarakan kepada beliau. Namun, disaat saya ingin bertanya pertanyaan yang kedua, dari arah duduk bagian perempuan terdengar suara tertawa yang sangat jelas. Dan saat itu aku pun disentuh dari belakang, ia bilang “jangan bertanya terus, waktu sudah habis”. Aku pun meminta maaf ke arah belakang, tetapi di dalam hati timbul perasaan kesal karena mendengar suara tertawa apalagi secara rombongan. Jujur aku merasa dilecehkan disitu. Aku pun mendengar dari seseorang tentang beberapa nama yang ikut tertawa keras saat itu. Dan akhirnya sampai sekarang pun aku masih tidak menyukai mereka. Aku selalu ingin menunjukkan kepada mereka betapa kesalnya aku dengan ulah mereka tersebut. Tapi ya lagi-lagi seseorang tidak akan merasa dirinya salah sebelum mendapat teguran dari orang lain, apalagi jika ia melakukan hal yang tidak terpuji itu secara berombongan. Ia tak akan pernah sadar bahwa ia telah melukai hati seseorang tanpa disengaja.



Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta  - Ciputat
 Penulis                                   



(Zakiyah Palaloi)                             








Lirik Lagu Langit senja - soundtrack series "Jingga dan Senja" - Yoriko Angelina

Reff: Hangatnya... Senja terus Memeluk... Manis mentari Meredup... Langit jingga kan terus temani Kenang cinta... slamanya Lanunan senja mel...