Minggu, 01 Januari 2017

SHOLAT SHUBUH YANG KESIANGAN

KEANEHAN 1
Ada saja kelakuan manusia zaman sekarang, contohnya manusia seperti saya . Selepas adzan shubuh, handphone saya berdering berkali-kali untuk membangunkan saya dari tidur agar saya melaksanakan sholat shubuh. Na’as, dari semua bunyi-bunyi itu tidak ada yang dapat menuntaskan tugasnya. Saya mendengar bunyi-bunyi alarm tersebut hingga berkali-kali. Semua bunyi itu dapat menembus gendang telinga saya namun  tak ada satu pun dari mereka yang mampu menembus hati saya.
Sebelum saya lanjut, adakah diantara pembaca yang memiliki teman dekat alias pacar? Adakah perbedaan yang terasa antara dibangunkan alarm dengan dibangunkan pacar?
Saya yakin ada perbedaan yang jelas-jelas kentara diantara keduanya. Biasanya, bila dibangunkan oleh alarm, maka tidak ada semangat untuk bangun dari tempat tidur. Lain halnya dengan dibangunkan pacar, apalagi jika si pacar menelpon. Satu kata “hallo”  saja yang keluar dari ucapannya dapat langsung membangkitkan semua bulu kuduk kita. Apalagi jika kalimatnya panjang seperti “Hallo.. sayang jangan lupa sholat ya”. Wuh! Tanpa menunggu sedetik pun tubuh terasa ingin cepat-cepat ke kamar mandi untuk segera melaksanakan perintah-nya. Perintah-nya si pacar, bukan perintah Allah.
Itulah manusia. Eh maksudnya wanita. Eh maksudnya bukan semua wanita tetapi diri saya.
Bukan kalian kok, bukan, beneran deh bukan para wanita.

Hal yang demikian itu, tadi pagi terjadi dengan saya.
Tadi pagi saya mendengar handphone saya berbunyi tanda panggilan masuk, berisiiiiik sekali. Saya buru-buru mengangkat telepon itu agar dia diam dan tidak mengeluarkan bunyi yang menyebalkan itu lagi.
“Mungkin ayah, nenek atau mbak titi nih yang menelpon, paling juga cuman ngebangun seperti biasa untuk sholat”, benak saya dalam hati.
Dengan tubuh yang masih berbaring di atas kasur, antara sadar dan tidak, saya berusaha untuk mendengarkan apa yang dibicarakan oleh sesosok penelpon di sebrang sana.
Suaranya seperti suara lelaki. Mungkin ayah, tebak saya.
“Udah shubuh.. jangan lupa sholat shubuh ya”, katanya lembut.
“Iya”, jawabku.
“…………!@#%^&^&***(*((*$#%^*@#$^T&*&*........................”, dia berbicara lagi tetapi aku tidak mendengarkan omongannya. Karena ku fikir pesannya sudah tersampaikan tadi.

Namun, sempat terdengar diakhir pembicaraannya, “bangun ya.. sholat shubuh. Ini Kanda”.
Teng……………. Otakku berputar. Ternyata itu kanda. Langsung saya tersadar dari tidur. “Oh ini Kanda ya.”. Kemudian dia langsung menutup telponnya.
Tumben dia menelpon, fikir saya.
Ah ya sudahlah.
Saya lihat pesan WA darinya. Dia mengirimkan pesan yang sama dengan apa yang tadi dikatakannya di telpon. Dan diatasnya, dia mengirimkan tulisannya yang berjudul Cinta versus Cemburu.
Menyindir sekali ini tulisan, benak saya.
Saya membuka blognya dan membaca bagian-bagian yang membahas tentang cemburu. Apakah dia menyindir saya di bagian itu atau tidak.
Dalam tulisannya, dia menyampaikan pembagian cemburu. Katanya ada cemburu yang melahirkan upaya untuk mempertahankan sebuah hubungan (cremburu yang memiliki alasan) dan ada juga cemburu dengan adanya pihak ketiga (cemburu yang tidak beralasan).
Saya merasa tersindir dengan tulisan itu. Mengapa saya mengatakan seperti tadi? Karena saya merasa bahwa saya merupakan type cewek yang cemburuan. Saya sering sekali menampakkan kecemburuan saya padanya. Terlebih jika ada berita-berita yang menyangkut mantannya. Saya bisa melampiaskan semua kekesalan saya ke dia saat saya cemburu.
Setelah membaca sekilas, saya menaruh handphone saya ke sembarang tempat dan melanjutkan tidur saya kembali tanpa melaksanaknan sholat shubuh terlebih dahulu. Masih lama waktunya, nanti juga bangun lagi jam 6, fikir saya. Seketika saya pun tertidur.
Saya bangun lagi jam setengah 8 pagi. Saya langsung tersadar saya belum sholat shubuh. Tetapi, bukannya langsung sholat, saya malah bersemedi beberapa saat di atas kasur. Merasa berdosa karena sholat shubuhnya terlewat. Bertanya berulang-ulang kali ke diri sendiri, kenapa bisa-bisanya sudah dibangnin sama pacar sendiri tapi tetap saja mengabaikan perintahNya untuk sholat shubuh. Saya menghakimi diri saya sendiri, menganggap diri ini sangat berdosa dan tidak bertanggung jawab. Padahal saya sudah mencapai usia baligh tetapi kewajiban sekecil itu saja saya abaikan. Tadinya saya enggan untuk melaksanakan sholat shubuh yang kesiangan itu karena menyadari bahwa ini adalah sebuah kemalasan, bukan ketiduran. Bila saya kaget kesiangan karena ketiduran, mungkin saya langsung akan memaafkan diri saya. Namun ini lain permasalahannya. Semua karena kemalasan. Dan kemalasan ini pasti karena si syetan yang terkutuk itu. Manusia hanyalah korban.
Akhirnya saya melaksanakan sholat shubuh di jam 8. Yang saya fikirkan saat itu adalah yang terpenting saya telah menggugurkan satu kewajiban saya. Wallahu a’lam (Allah lebih mengetahui)  apakah amal ibadah tersebut diterima olehNya atau tidak. Saya sudah melakukannya dengan hati yang ikhlas. Tetapi, jangan dicontoh ya sholat shubuh yang kesiangan ini.
Terimakasih sudah menyempatkan waktunya untuk membaca blog saya. Semoga para pembaca dapat mengambil pelajaran darinya.
Sekian. Saya pamit undur diri.
Assalamualaikum wr. wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lirik Lagu Langit senja - soundtrack series "Jingga dan Senja" - Yoriko Angelina

Reff: Hangatnya... Senja terus Memeluk... Manis mentari Meredup... Langit jingga kan terus temani Kenang cinta... slamanya Lanunan senja mel...